“Adik, jangan naik ke atas meja! nanti jatuh dan nggak ada yang mau
menolong!” “Jangan ganggu adik, nanti Mama/Papa marah!” Dari sisi anak
pernyataan yang sifatnya melarang atau perintah dan dilakukan dengan
cara berteriak tanpa kita beranjak dari tempat duduk atau tanpa kita
menghentikan suatu aktivitas, pernyataan itu sudah termasuk ancaman.
Terlebih ada kalimat tambahan “….nanti Mama/Papa marah!”
Seorang anak
adalah makhluk yang sangat pandai dalam mempelajari pola orang tuanya;
dia tidak hanya bisa mengetahui pola orang tuanya mendidik, tapi dapat
membelokkan pola atau malah mengendalikan pola orang tuanya. Hal ini
terjadi bila kita sering menggunakan ancaman dengan kata-kata, namun
setelah itu tidak ada tindak lanjut atau mungkin kita sudah lupa dengan
ancaman-ancaman yang pernah kita ucapkan.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Kita tidak perlu berteriak-teriak seperti itu. Dekati si anak, hadapkan
seluruh tubuh dan perhatian kita padanya. tatap matanya dengan lembut,
namum perlihatkan ekspresi kita tidak senang dengan tindakan yang mereka
lakukan. Sikap itu juga dipertegas dengan kata-kata, “Sayang, Papa/Mama
mohon supaya kamu boleh meminjamkan mainan ini pada adikmu. Papa/Mama
akan makin sayang sama kamu.” Tidak perlu dengan ancaman atau
teriakan-teriakan.
Atau kita bisa juga menyatakan suatu pernyataan yang
menjelaskan suatu konsekuensi, misal “Sayang, bila kamu tidak
meminjamkan mainan ini ke adikmu, Papa/Mama akan menyimpan mainan ini dan
kalian berdua tidak bisa bermain. Mainan akan Papa/Mama keluarkan, bila
kamu mau pinjamkan mainan itu ke adikmu.
Tepati pernyataan kita dengan tindakan.
Tepati pernyataan kita dengan tindakan.
Komentar
Posting Komentar